Bahwa pemerintah Hindia Belanda dan Seri Baginda Sultan Alauddin Ibrahim
Mansursyah, memandang perlu untuk membuat Perjanjian Perdamaian, persahabatan dan
perdagangan, sebagai perwujudan dari ‘iktikad baik yang dimiliki oleh kedua belah pihak,
dalam usaha mempererat serta meningkatkan perhubungan antara mereka guna kebahagiaan
masing-masing kerajaan dan rakyat.
Maka, saya Jan van Swieten, Jen deral, Gubernur Sipil dan Militer Sumatera Barat,
Ajudan Luar Biasa dari Yang Mulia Raja, pemegang lambang ketenteraan Willem klas 3 dan dari
Lambang Singa Belanda, atas nama dan oleh kerananya bertindak untuk Pemerintah Hindia
Belanda bermusyawarah dalam hal ini dengan Yang Mulia Sultan Acheh, maka telah didapat
keputusan tentang Perjanjian berikut ini, sambal menunggu pengesahan oleh Yang Mulia
Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Pasal 1
Sejak saat ini berlakulah perdamaian, persahabatan dan pengertian yang baik
antara Pemerintah Hindia Belanda dan Seri Baginda Sultan Acheh dan ahli warisnya.
Pasal 2
Rakyat Pemerintah Hindia Belanda dan rakyat Sultan Acheh, dalam usaha mencari
nafkah yang layak, diperbolehkan pergi ke mana saja di dalam daerah Pemerintah Hindia
Belanda dan daerah Sultan Acheh dengan ketentuan mesti tunduk kepada peraturan-peraturan
yang berlaku di setiap daerah, baik yang mengadakan perjalanan singgahan maupun bagi
mereka yang ingin menetap, dengan mendapat hak, fasilitas dan perlidungan, baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi barang-barang yang dibawanya, seperti yang telah diberikan dan akan
diberikan kepada rakyat negeri-negeri di atas angin, yang mendapat hak lebih banyak.
Pasal 3
Mengenai perlindungan dan pertolongan bagi kapal-kapal, perahu-perahu serta
anak buahnya, demikian juga kesempatan berniaga, berlayar dan berlabuh di semua Pelabuhan
Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Acheh, akan diberikan hak yang sama seperti yang telah
berlaku bagi rakyat negeri-negeri sahabat lainnya. Semua kepala dan pegawai rendahan kedua
belah pihak yang berada di bandar-bandar perniagaan dan pelabuhan akan diperintahkan
untuk berlaku sopan dan sedapat mungkin memberikan pertolongan kepada rakyat yang
berkepentingan, juga kepada kapal-kapal dan perahu-perahu mereka, jangan sampai terdapat
halangan pada waktu penyerahan, pemuatan dan pemunggahan barang-barang dagangan
mereka, dan manakala mereka memerlukan pertolongan dan di kala mereka memerlukan
makanan dan air. Hal ini disetujui untuk meningkatkan perniagaan dan melestarikan pelayaran
serta menimbulkan gairah dan kegembiraan bagi rakyat kedua belah pihak.
Pasal 4
Pemerintah Hindia Belanda dan Seri Baginda Sultan Acheh melepaskan segala
tuntutan dan hak terhadap hal-hal yang dipersengketakan sebelum perjanjian ini diikat, walau 29
bagaimanapun halnya. Seterusnya ditetapkan bahwa, dengan ditandatanganinya Perjanjian ini,
segala perselisihan dan tuntutan tersebut dianggap telah diselesaikan, dengan demikian
menjadi batal semuanya dan oleh kerana itu tidak boleh diungkit-ungkit lagi.
Pasal 5
Pemerintah Hindia Belanda dan Seri Baginda Sultan Acheh menyetujui seterusnya
bahwa, mereka akan menjaga dengan ketat dan mendayaupayakan agar tidak berlaku
perampokan demi perampokan di dalam wilayah kekuasaan masing-masing, demikian juga di
dalam negeri-negeri lain yang berada di bawah pengaruhnya. Perbuatan tersebut akan dicegah
oleh kedua belah pihak dan hukuman akan dijatuhkan kepada yang melakukannya.
Kedua belah pihak tiada akan memberikan tempat persembunyian atau
perlindungan kepada orang yang tersangkut dalam perkara seMarcham ini juga tiada kepada
bahteranya.
Kedua belah pihak tiada akan mengizinkan perampok membawa orang-orang dan
barang-barang yang dirampoknya, demikian juga bahteranya masuk ke dalam daerah masing
masing untuk disembunyikan atau untuk dijual di sana.
Pasal 6
Jika kapal-kapal atau perahu-perahu dari rakyat kedua belah pihak berada
didalam bahaya di lautan atau terkandas, hendaklah Pemerintah Hindia Belanda dan Seri
Baginda Sultan Acheh dengan segera memberi pertolongan dan perlindungan sedapat mungkin
dan kalau ada barang-barang mereka yang dititipkan untuk disimpan, maka hendaknya kepada
si penyimpan diberikan imbalan sepatutunya.
Orang yang berhak atas barang-barang serupa itu boleh bermohon kepada
Pemerintah Hindia Belanda dan Seri Baginda Sultan Acheh mengenai imbalan yang diminta
oleh orang yang menyimpannya; keputusan ini mesti diterimanya.
Bila kapal dan perahu yang mengibarkan bendera Belanda terkandas atau karam,
atau jika rakyat Belanda yang kapal dan perahunya karam di pantai tanah Acheh, mestilah
kepala negeri bangsa Acheh di sana dengan segera memberitahukan kepada Gubernur
Sumatera Barat di Padang atau kepada pembesar Belanda lain yang berdekatan.
Mereka yang merampas kapal-kapal atau perahu-perahu yang terkandas, atau
menganiaya anak buahnya, ataupun tiada memberikan pertolongan yang diperlukan
kepadanya akan dikenakan hukuman yang berat.
Pasal 7
Seri Baginda Sultan Acheh menyatakan mengakui bahwa, Gubernur Sumatera
Barat adalah wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan akan berhadapan dengannya dalam
segala urusan yang mungkin dirasakan berfaedah bagi masing-masing pihak.
Pasal 8
Jika di kemudian hari dirasakan perlu mengatur hal-hal yang tidak termasuk
dalam perjanjian ini, maka hal-hal tersebut akan diselesaikan oleh kedua belah pihak dengan
cara damai.30
Pasal 9
Perjanjian ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Gubernur Jennderal Hindia
Belanda. Masing-masing pihak yang bermusyawarah telah membubuhkan tandatangan dan
stempel sebagai saksi, tanda sudah terang sebagaimana mestinya.
Termaktub di Acheh dalam rangkap empat, pada 30 Maret 1957 tahun Masehi,
bertepatan dengan 4 Sya’ban 1273 H.
Stempel Tanda tangan
Seri Baginda Sultan Acheh Van Swieten
Sultan Alauddin
Ibrahim Mansursyah
Telah disetuji dalam penetapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, No. 7, 8 Mei
1857.
Sekretaris Pemerintah
Dipenheim
ISTANBUL AGREEMENT TENTANG ACHEH DARUSSALAM-HOLLAND

.jpg)


