Alhamdulillah, segala puji kita persembahkan ke hadhirat Allah Subhanahu wa
Ta`ala atas segala rahmat dan karunia-Nya, walaupun sedang berhadapan dengan
musibah wabah Corona yang melanda seluruh belahan dunia, namun kita tetap aktif
menimba ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Shalawat dan salam kita sampaikan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad, Rasullah Sallallahi alaihi wasallam
beserta sahabat dan ahli keluarganya yang telah menuntun kita ke alam keimanan
dan ilmu pengetahuan yang bertamadun.
Saat kami hijrah buat pertama sekali ke salah satu negara jiran di Asia
Tenggara, selama rentang masa itu (1990 – 1999) dengan mudah kami dapat
berkomunikasi langsung dengan Paduka Yang Mulia Wali Negara Acheh, Tengku Hasan
Muhammad di Tiro melalui hubungan telefon maupun facsimile (fax). Dari Stockholm, beliau mengirim surat-surat dan
tulisan-tulisan lain yang kami gunakan sebagai materi untuk dimuat dalam
Majalah politik SUARA ACHEH MERDEKA. Selain itu, buku-buku bacaan wajib untuk
dibaca bagi setiap bangsa Acheh. Untuk melakukan aktivitas kami selalu waspada
dan bermain di “bawah tanah” memandangkan faktor keselamatan dan keamanan yang
selalu mencekam.
Oleh karena kebanyakan dari aktivis AM tidak memiliki document pengenalan
diri yang sah di sisi undang-undang negara tersebut, ditambah lagi aktivitas
kami tidak disokong oleh penguasa; maka kami sering ditangkap, “dirumahkan”
dalam lock-up dan pusat aktivitas kami sering di“ambush” dan
document-document turut disita. Sebanyak dua kali Kantor AM digerebeg oleh
pihak penguasa keamanan, sekaligus merampas seluruh peralatan administrasi,
seperti komputer, mesin printer, data dan dokumen. Konsekuensinya banyak documen
penting hilang dalam “rimba penggelapan” yang dirampas oleh pihak penguasa
keamanan. Setiap peristiwa yang berlaku kami adukan kepada Paduka Yang Mulia
Wali Negara. Dengan tiada disangka-sangka, inilah jawaban beliau: “biarlah
semua dokumen itu dibaca, sekaligus belajar dan mengerti tentang sejarah perjuangan
kita dan terbuka mata mereka”. Bagaimanapun juga, yang berlaku tidaklah seindah
dibayangkan. Ratusan rakan-rakan selain ditangkap, ditahan di pusat-pusat
tahanan imigrasi, juga dikenal pasti belasan aktivis GAM dibunuh dalam
peristiwa rusuhan pada 26 Maret 1998 di
kèm Semenyeh, Selangor Darul Ehsan; selebihnya dikirim secara paksa ke Acheh
menggunakan Kapal Perang Angkatan Luat Indonesia melalui Pelabuhan Lumut,
Perak. Peristiwa menyayat hati ini diliput secara terbuka oleh media massa
setempat dan surat kabar asing lainnya. Klimaksnya, aktivis AM terpaksa mencari
suaka politik ke beberapa negara ketiga, yang pada hakikatnya tidaklah
diinginkkan. Bangsa Acheh mencintai negeri jiran ini. Namun, apalah artinya
cinta ini jika ternyata bertepuk sebelah tangan.
Setelah sekian lama di negeri pengasingan, sebagian dari kami berada di
Amerika Serikat, sebagian lagi di Eropah, Australia dan New Zealand.
Alhamdulillah, sesudah 20 tahun, buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah Paduka
Yang Mulia ternyata masih dapat diselamatkan oleh rakan-rakan yang baik hati,
bahkan bertekad menerbitkan. Usaha ini sangat bermanfaat bagi generasi penerus
perjuangan Acheh di masa mendatang untuk menjadi bahan bacaan, kajian, tela'ah
untuk dipahami, sehingga mengenal dan menghargai generasi terdahulu Acheh yang telah
mengukir prestasi gemilang. “Sejarah
sangat berharga dan merupakan harta pusaka yang diwarisi oleh generasi
terdahulu kepada generasi Acheh sekarang. Oleh itu jaga dan rawat sejarah Acheh.”
Kata Paduka Yang Mulia Tengku Hasan Muhammad di Tiro.
Diakui bahwa, kami dari pihak keluarga di Tiro pernah dihubungi oleh beberapa pihak dengan maksud untuk dapat mencetak kembali buku-buku Paduka Yang Mulia Wali Negara Tengku Hasan di Tiro. Namun, dengan sebulat suara kami sama sekali tidak sepakat -tidak memberi izin- apalagi jika tujuan mencetak buku-buku tersebut demi untuk kepentingan dan keuntungan pribadi! Usaha tersebut boleh jadi akan merubah susunan ayat dan kalimat -diedit- mengikut selera yang dikehendaki. Akibatnya akan mengaburkan makna dan maksud dari teks asal (original), yang sudah tentu menyimpang dari haluan ideologi Acheh Merdeka. Terlepas dari semua itu, kami dari pihak pihak ahli waris famili di Tiro memberi kepercayaan kepada bang Yusra Habib Abdul Gani sebagai editor buku ini yang menghubungi kami untuk maksud menerbitkan beberapa karya Paduka Wali Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Figur editor ini kami kenal baik, bukan hanya sebatas sahabat seperjuangan, akan tetapi beliau pernah menjadi pemimpin kami semasa menduduki Kantor UNHCR, Kuala Lumpur (1992-1994).
Beliau juga sebagai Pemimpin Redaksi
Majalah politik SUARA ACHEH MERDEKA, dimana kami sendiri sebagai staff khusus dari
Majalah ini. Oleh itu, kami menyahut upaya menghimpun dan menerbitkan karya-karya
Paduka Wali Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Semoga editor (penyusun) diberi
kesehatan dan keberkatan umur yang panjang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala serta
tidak melupakan sejarah Acheh. Jarang kita temui dari kalangan orang Acheh
umumnya untuk melakukan upaya terpuji ini, apalagi dalam situasi politik sekarang
yang sarat dengan kepentingan dan keuntungan pribadi. Akhirul qalam dari kami
famili di Tiro, berharap semoga semua karya Paduka Wali Negara Tengku Hasan di
Tiro, nilai ilmiahnya tetap kekal sepanjang masa. Sangat banyak ilmu pengetahuan
yang beliau wariskan dan tidak banyak orang yang tekun menggalinya. Semoga di
masa depan, selain diterbitkan buku berjudul: CATATATAN TENGKU HASAN DI TIRO
YANG TERCÈCÈR; kita dapat menghimpun semua pidato-pidato Paduka Yang Mulia Tengku Hasan Muhammad di
Tiro di forum internasional untuk diterbitkan dalam bentuk buku.
Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh,
AMERIKA SERIKAT, 2020
Musanna
Tiro bin Tengku Abdul Wahab
PNAD


.jpg)
.jpg)


