Notification

×

Iklan

Iklan

Catatan Teungku Hasan Tiro Yang tercecer

Selasa, 21 Oktober 2025 | Oktober 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-30T00:00:00Z

 

Mengikut pengakuan dari Tengku Hasan di Tiro dalam sebuah interview dengan salah satu TV Belanda bahwa, karya tulis beliau sejumlah 20 buah ditambah  dengan puluhan karya lain dalam bentuk Pidato dan kertas kerja yang dibentang di forum internasional. Namun begitu, pada kesempatan ini baru beberap buah karya beliau yang behasil dihimpun dan dipersembahkan kepada khalayak ramai dalam bentuk buku. Diakui bahwa pasca kombatan Acheh Merdeka (AM).


 Menukar pola perjuangan dari perlawanan fisik ke perjuangan politik dengan memperhambakan diri menjadi politisi lokal lewat Parlok dan menjebloskan diri sebagai warganegara Indonesia dalam rentang masa (2005-2022), tidak ada upaya untuk menghimpun, apalagi berhasrat untuk menerbitkan karya-karya Tengku Hasan di Tiro; walaupun pada setiap 4 Desember tetap diperingati sebagai hari proklamasi negara Acheh Darussalam dan memanjatkan do´a bersama pada setiap 3 Juni, hari meninggalnya Tengku Hasan di Tiro.


 

Begitu juga aktivis ASNLF di luar negeri yang setiap 4 Desember memperingati hari kemerdekaan Acheh, namun tiada inisiatif dan upaya untuk mengkodifikasi, unifikasi dan menerbitkan karya-karya Tengku Hasan di Tiro sebagai referensi sejarah Acheh, sekaligus dipersembahkan kepada seluruh peminat sejarah Acheh di mana saja berada. Di tengah-tengah kehausan maklumat tentang ideologi perjuangan, hati kami bergetar, terpanggil dan terus mengambil inisiatif menghimpun beberapa karya Tengku Hasan di Tiro,



sekaligus menerbitkan menjadi buku. Kiranya dapat menjadi rujukan, kajian, tela´ah dalam konteks pemahaman terhadap sejarah, politik, nasionalisme, syari´at Islam dan kepentingan nasional Acheh untuk meneruskan cita-cita perjuangan. Untuk itu, saya menghubungi Musanna  bin Tengku Abdul Wahab –salah  seorang pihak ahli waris famili di Tiro– untuk bersedia meluahkan idé tadi,  sekaligus meminta Narit Seunambôt (Kata Sambutan) bagi membuktikan komitmennya. Upaya ini hanyalah sebagian dari rasa tanggungjawab moral untuk merawat perjuangan agar ideologi perjuangan Acheh Merdeka yang dipugar oleh Tengku Hasan di Tiro tidak musnah dan terkubur. Mudah-mudahan usaha ini memberi manfaat kepada kita semua. 


Sepanjang pengalaman kami sebagai penulis, ini merupakan pengalaman ketiga kalinya berperan sebagai editor, setelah sebelumnya menjadi eidtor untuk buku PUTUSAN HAKIM BISMAR SIREGAR, SH, 1986 dan POLITISI BELANDA MENGUTUK KEBIADABAN MAREUCHAUSSEE DI ACHEH, 2021. Kali ini kami, memberanikan diri tampil ke depan untuk menghadirkan CATATAN TENGKU HASAN DI TIRO YANG TERCÈCÈR, 2022 –himpunan dari pelbagai karya-karya ilmiah beliau– yang mengisahkan serba ringkas tentang sejarah hidup Tengku Hasan di Tiro, mengikut literatur yang diperoleh dari pelbagai sumber.  Ada tiga tulisan dalam huku ini yang bukan buah karya Tengku Hasan di Tiro, yakni: FAMILI DI TIRO DALAM UJIAN SEJARAH; ... SEJENAK BERSAMA HASAN TIRO, dimuat dalam kolom Opini, Serambi Indonesia dan  HASAN TIRO: THAT´S YOU MUSAANNA, DON´T ME  yang tersebar luas di media sosial. Malangnya, artikel tersebut telah dibajak beberapa kali oleh tangan-tangan jahil untuk tujuan mencari uang. Kehadiran tiga naskah yang bukan karya beliau,  dianggap relevan disertakan di sini, karena kisahnya berhubung langsung dengan streotype dan sejarah hidup pada detik-detik beliau menghembuskan nafas terakhir pada 3 Juni 2010.

 

Aaamiiin ya Rabbul ´alamin.

Wassalamu´alaikum warahmatullahi wabaratuh  

 


Dr. Hj. Yusra Habib Abdul Gani, SH.

Kjærslund, Århus, Juni 2022

 

 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update