Mengikut pengakuan dari Tengku Hasan di Tiro dalam sebuah interview dengan salah satu TV Belanda bahwa, karya tulis beliau sejumlah 20 buah ditambah dengan puluhan karya lain dalam bentuk Pidato dan kertas kerja yang dibentang di forum internasional. Namun begitu, pada kesempatan ini baru beberap buah karya beliau yang behasil dihimpun dan dipersembahkan kepada khalayak ramai dalam bentuk buku. Diakui bahwa pasca kombatan Acheh Merdeka (AM).
Menukar pola perjuangan dari perlawanan fisik ke
perjuangan politik dengan memperhambakan diri menjadi politisi lokal lewat
Parlok dan menjebloskan diri sebagai warganegara Indonesia dalam rentang masa
(2005-2022), tidak ada upaya untuk menghimpun, apalagi berhasrat untuk
menerbitkan karya-karya Tengku Hasan di Tiro; walaupun pada setiap 4 Desember tetap
diperingati sebagai hari proklamasi negara Acheh Darussalam dan memanjatkan
do´a bersama pada setiap 3 Juni, hari meninggalnya Tengku Hasan di Tiro.
Begitu juga aktivis ASNLF di luar negeri yang setiap 4 Desember memperingati hari kemerdekaan Acheh, namun tiada inisiatif dan upaya untuk mengkodifikasi, unifikasi dan menerbitkan karya-karya Tengku Hasan di Tiro sebagai referensi sejarah Acheh, sekaligus dipersembahkan kepada seluruh peminat sejarah Acheh di mana saja berada. Di tengah-tengah kehausan maklumat tentang ideologi perjuangan, hati kami bergetar, terpanggil dan terus mengambil inisiatif menghimpun beberapa karya Tengku Hasan di Tiro,
sekaligus menerbitkan menjadi buku. Kiranya dapat
menjadi rujukan, kajian, tela´ah dalam konteks pemahaman terhadap sejarah,
politik, nasionalisme, syari´at Islam dan kepentingan nasional Acheh untuk meneruskan
cita-cita perjuangan. Untuk itu, saya menghubungi Musanna bin Tengku Abdul Wahab –salah seorang pihak ahli waris famili di Tiro– untuk
bersedia meluahkan idé tadi, sekaligus
meminta Narit Seunambôt (Kata
Sambutan) bagi membuktikan komitmennya. Upaya ini hanyalah sebagian dari rasa
tanggungjawab moral untuk merawat perjuangan agar ideologi perjuangan Acheh
Merdeka yang dipugar oleh Tengku Hasan di Tiro tidak musnah dan terkubur. Mudah-mudahan
usaha ini memberi manfaat kepada kita semua.
Sepanjang pengalaman kami sebagai
penulis, ini merupakan pengalaman ketiga kalinya berperan sebagai editor,
setelah sebelumnya menjadi eidtor untuk buku PUTUSAN HAKIM BISMAR SIREGAR,
SH, 1986 dan POLITISI BELANDA MENGUTUK KEBIADABAN MAREUCHAUSSEE DI
ACHEH, 2021. Kali ini kami, memberanikan diri tampil ke depan untuk menghadirkan
CATATAN TENGKU HASAN DI TIRO YANG TERCÈCÈR, 2022 –himpunan dari pelbagai
karya-karya ilmiah beliau– yang mengisahkan serba ringkas tentang sejarah hidup
Tengku Hasan di Tiro, mengikut literatur yang diperoleh dari pelbagai
sumber. Ada tiga tulisan dalam huku ini
yang bukan buah karya Tengku Hasan di Tiro, yakni: FAMILI DI TIRO DALAM
UJIAN SEJARAH; ... SEJENAK BERSAMA HASAN TIRO, dimuat
dalam kolom Opini, Serambi Indonesia dan HASAN
TIRO: THAT´S YOU MUSAANNA, DON´T ME yang
tersebar luas di media sosial. Malangnya, artikel tersebut telah dibajak beberapa
kali oleh tangan-tangan jahil untuk tujuan mencari uang. Kehadiran tiga naskah
yang bukan karya beliau, dianggap
relevan disertakan di sini, karena kisahnya berhubung langsung dengan streotype
dan sejarah hidup pada detik-detik beliau menghembuskan nafas terakhir pada 3
Juni 2010.
Aaamiiin ya Rabbul ´alamin.
Wassalamu´alaikum warahmatullahi wabaratuh
Dr. Hj. Yusra Habib Abdul Gani, SH.
Kjærslund,
Århus, Juni 2022



