Notification

×

Iklan

Iklan

Pendirian Negara-Negara Acheh-Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua-Barat, Kalimantan, Bali, Jawa Sunda Dan Konfederasi Asia Tenggara

Selasa, 21 Oktober 2025 | Oktober 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-21T13:46:39Z


 

Pendirian kembali Negara Acheh-Sumatra, Negara Sulawesi, Negara Maluku, Negara Papua-Barat, Negara kalimantan, Negara Bali, Negara Jawa, Negara Sunda dan lain-lain akan mengembalikan hak menentukan nasib diri sendiri di bagian dunia kita ini kepada pemilik-pemiliknya yang sah dan sebenarnya. Kita tidak perlu lagi memberi alasan lebar-panjang untuk membenarkan pembangunan negara-negara ini kembali, karena masing-masing bangsa ini mempunyai hak sejarah dan hukum, baik nasional maupun internasional untuk memerintah diri mereka sendiri dan bukan oleh kolonialis Jawa dari Jakarta. Negara Acheh-Sumatera, dengan penduduknya 20 juta, bukanlah hanya satu negara kecil, tetapi merupakan satu negara menengah dengan kemungkinan-kemungkinan yang jauh lebih besar, setingkat dengan Iran, Thailand, Yugoslavia, rumania atau Argentina. Di antara 111 negara-negara anggota PBB dewasa ini, 93 di antaranya lebih kecil dari Acheh-Sumatera. Negara Sulawesi, dengan penduduk yang 9 juta itu sama tingkatnya menurut jumlah penduduk dengan Australia, Austria, Sweden, Belgium, Kuba, Yunani, Hongaria, Portugis dan Arabia. Di antara negara-negara yang menjadi anggota PBB sekarang ini 58 buah lebih kecil dari Negara Sulawesi. Negara Kalimantan dengan penduduk 5 juta, sama tingkatnya dengan Kamboja, Denmark, Equador, Finland, Ghana, Malagasy dan Yaman. Diantara negara-negara anggota PBB, 45 di antaranya lebih kecil dari Negara Kalimantan. Itu semua menurut angka jumlah penduduk. Sedang menurut luas daerahnya, Negara Kalimantan termasuk salah satu negara terbesar di dunia, seluas Spanyol dan Portugis bersama. Negara Maluku dan Negara Bali, dengan penduduk masing-masing 2 juta, sama besarnya menurut angka penduduk dengan Albania, Costa Rica, Dahomey, Honduras, Yordan, Lebanon, New Zealand, Paraguai dan Somalia. Dan masih ada lagi 19 buah negara-negara anggota PBB yang lebih kecil dari Negara Maluku atau Bali. Menurut ukuran wilayahnya, maka Negara Maluku yang jauh lebih luas dari Bali itu hampir seluas wilayah Caribbean di Latin Amerika. Negara Papua Barat, dengan penduduk 750.000 jiwa sama besarnya dengan Congo (Brazzaville), Cyprus, Gabon, Iceland dan Luxembourg yang kesemuanya adalah negara-negara anggota PBB. Sedang menurut luas wilayahnya maka Negara Papua Barat adalah satu negara raksasa. Negara Sunda dengan pendduk 25 juta berhak mendapat kedudukan yang sama dengan Filipina, Turki dan Mesir. Sedang lebih 100 buah negara anggota PBB lebih kecil dari Sunda menurut jumlah penduduknya.

 

Dalam wilayah dunia antara pulau Inggeris dengan Iran terdapat lebih 25 buah negara-negara berdaulat: siapapun tak dapat bertengkar bahwa 8 buah negara - kita hitung satu negara Jawa tersendiri, karena kita tidak menolak hak memerintah diri sendiri kepada bangsa Jawa, walau pun mereka menolaknya untuk kita, - dalam satu wilayah yang sama luasnya adalah terlalu banyak untuk Asia Tenggara, karena jarak antara Acheh dengan Papua adalah sama seperti antara Inggeris dengan Iran. Demikian juga, kalau di dunia sekarang terdapat 24 buah negara-negara Amerika, 25 buah negara-negara Eropa, 24 buah negara-negara Afrika, 4 buah negara-negara Indocina dan lebih 15 buah negara-negara Arab, siapakah boleh mengatakan bahwa kita tidak boleh mempunyai sekurang-kurangnya 8 buah negara mardeka di DUNIA MELAYU, satu bagian dunia yang cukup luas dan mempunyai penduduk yang cukup banyak dibanding dengan bagian-bagian dunia yang lain itu? Janganlah kita terpedaya oleh propaganda kaum kolonialis Jawa yang mencoba-coba mengelabui mata kita seakan-akan pintu ijtihad ke arah keselamatan hak suci kita sudah tertutup untuk selama-lamanya. Pintu ijtihad ke arah menyelamatkan hak suci kemerdekaan yang sejati bagi kita semua masih terbuka selebar-lebarnya dan kuncinya ada pada tangan kita masing-masing, bukan dalam tangan kaum kolonialis Jawa yang mencoba merampas hak-hak kita.

 

Pengembalian kedaulatan atas Acheh-Sumatera kepada bangsa Acheh-Sumatera, atas Sulawesi kepada bangsa Sulawesi, atas Maluku kepada bangsa Maluka, atas Papua kepada bangsa Papua, atas Bali kepada bangsa Bali, atas Sunda kepada bangsa Sunda dan atas daerah bangsa Jawa kepada bangsa Jawa, adalah semata-mata satu tindakan keadilan yang sudah lama sekali tidak dijalankan. Inilah satu-satunya jalan untuk mengembalikan keamanan, ketentraman, ketenangan kepada bagian dunia yang amat luas ini hingga kini terlibat dalam kancah kekacauan, penindasan, perampasan, ketiadaan hukum dan ketidak-adilan disebabkan oleh perlawanan yang tidak berhenti-hentinya terhadap kolonialisme Jawa di satu pihak dan di lain pihak oleh penindasan yang kejam terhadap bangsa yang melawan itu oleh kaum kolonialis Jawa. Dengan tindakan keadilan ini maka sumber kekacauan dan perselisihan yang terbesar, yaitu: satu bangsa dari satu pulau mencoba-coba memperbudakkan bangsa dari pulau-pulau lain - akan tidak dapat dilakukan lagi! Dengan wujudnya sama-sama berdaulat dan sederajat ini, maka suatu bentuk susunan kerjasama yang baru antara negara-negara yang benar-benar merdeka ini akan dapat kita bangunkan di kepulauan kita dalam bentuk KONFEDERASI ASIA TENGGARA yang terdiri dari negara-negara Acheh-Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua Barat, Bali, Sunda dan Jawa sebagai anggota yang sederajat dalam memajukan kepentingan kita bersama dengan keadilan untuk semua dan dengan tidak ada kerugian untuk pihak manapun. Dalam lingkungan Konfederasi Asia Tenggara yang besar dan adil, kita bangsa Acheh-Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua Barat, Bali, Sunda, bahkan Jawa akan dapat bekerja sama atas dasar keadilan dalam usaha membangun dunia baru untuk kita sendiri dan keturunan kita dalam suasana bantu membantu yang diberikan dengan keikhlasan dan bukan dalam suasana penindasan dan penjajahan sebagai yang sedang terjadi dalam republik Indonesia-Jawa sekarang ini. Oleh karena masing-masing kita sudah mendapat kesempatan untuk mengurus dan membereskan rumah-tangga kita masing-masing lebih dahulu, maka kita akan dapat menolong satu sama lain secara lebih baik dan berarti. Bahkan soal kepadatan penduduk di pulau Jawa akan dapat diatasi secara lebih baik, dengan usaha bersama negara-negara anggota Konfederasi Asia Tanggara, dengan rencana pemindahan penduduk yang bertanggung-jawab, ke wilayah-wilayah anggota Konfederasi yang ekonominya dapat menampung penduduk baru itu. Dengan demikian kita akan dapat memindahkan soal kepadatan penduduk di Jawa dari gelanggang politik - dimana persoalan ini sekarang dipakai oleh kaum kolonialis Jawa sebagai alat politik untuk mencapai maksud menguasai wilayah-wilayah   –bukan  semata-mata untuk menolong golongan Jawa yang melarat itu sendiri– ke lapangan  kemanusiaan, kemasyarakatan dan perekonomian, dimana terletak tempat yang sebenarnya dari persoalan ini, untuk kebaikan kita semua, baik mereka yang menikmati tempat baru maupun bagi mereka yang menerima. Seluruh dunia terbuka untuk imigrasi yang jujur. Tetapi seluruh dunia menutup pintunya untuk imigrasi yang bermksud politik.

 

 

KONFEDERASI ASIA TENGGARA DAN PERDAMAIAN DUNIA MELAYU

 

Dipandang dari sudut politik internasional dan politik nasional, pendirian satu Konfederasi Asia Tenggara yang anggotanya terdiri dari Negara-negara Acéh-Sumatera, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua Barat, Bali dan Jawa akan membawa perdamaian dan ketenteraman politik kembali kepada bagian dunia kita ini, karena dengan demikian segala akar-akar perselisihan politik sudah dibongkar ke ujung-ujungnya dan ditiadakan. Pertama, dengan pendirian kembali negara-negara ini, maka suatu sistem keseimbangan kekuasaan (balance of power) yang dapat bekerja dan berjalan sendiri ditimbulkan di bagian dunia kita ini. Sejak dunia terkembang keseimbangan kekuasaan itu adalah menjadi dasar perdamaian di bagian dunia yang manapun juga. Pada masa ini dalam Dunia Melayu tidak ada lagi keseimbangan kekeuasaan, karena itu perdamaian tak akan dapat dikembalikan di Asia Tenggara sampai keseimbangan kekuasaan itu dapat dibangunkan kembali. Dalam sejarah, serangan itu selamanya merupakan suatu akibat yang tak dapat dielakkan dari ketiadaan keseimbangan kekuasaan antara dua negara yang berdekatan. Malaysia sudah dijadikan mangsa ketiga dari serangan Indonesia-Jawa, sesudah Maluku Selatan dan Papua-Barat, karena Malaysia berada sangat dekat dan mudah dijadikan mangsa. Sesudah Malaysia, kalau imperialisme Jawa berhasil maka akan datang pula giliran Portugis Timor, Papua New Guinea, Filipina, dan lain-lain. Oleh karena tak ada satu negara pun di dunia Melayu dan Asia Tenggara ini yang lebih besar dari Indonesia-jawa, semua negara-negara yang berdekatan haruslah mencari keselamatan dengan mengadakan persekutuan dengan negara-negara yang lebih besar dari luar bagian dunia kita ini. Ini sudah merupakan satu kemestian strategi bagi semua negara-negara tetangga Indonesia-Jawa. Karena itu perdamaian hanya boleh dipertahankan di Asia Tenggara dengan campur-tangan (intervention) sesuatu kekuasaan dari luar Dunia Melayu ini.

 

Dengan berdirinya kembali Negara-negara Acheh-sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua Barat, Bali, Sunda dan Jawa maka pertama sekali, ketentraman politik akan dapat dikembalikan ke bagian dunia ini sebagaimana di zaman sebelum penjajahan Belanda, karena dalam susunan ini perbedaan kekuatan antara negara-negara di bagian dunia ini sudah dikurangi. Tak ada lagi negara yang yang terlalu besar dan tidak ada yang terlalu kecil. Persatuan semua mereka dalam satu Konfederasi Asia Tenggara akan dapat mempertahankan bagian dunia kita dari serangan-serangan dari luar atau serangan dari dalam, karena kalau salah-satu di antara mereka menjadi si penyerang –seperti  Indonesia-jawa dewasa ini– ia  akan dapat ditundukkan dengan mudah. Indonesia-Jawa akan berhenti menjadi negara penyerang karena ia tidak akan dapat lagi bertindak dengan tidak bertanggung-jawab seperti sekarang. Lagi pula dalam bentuknya yang dikenali sekarang, walau pun Indonesia-Jawa itu mepunyai daya menyerang, ia sama sekali tidak dapat mempertahankan dirinya dari serangan luar, karena ia tidak disayangi oleh rakyat terbanyak yang sudah dijajahnya. Berbicara mengenai soal pertahanan, Indonesia-Jawa tidak dapat mempertahankan dirinya dari serangan luar walau pun dari negara yang jauh lebih kecil dari padanya. Kedua, pendirian kembali negara-negara ini (yang sudah ada sebelum penjajahan Belanda) akan menambah ketenteraman politik dunia kita, karena dengan demikian jumlah negara-negara yang ikut serta dalam sistem keseimbangan kekuasaan di sini akan bertambah. Makin banyak negara yang ikut serta maka sistem keseimbangan kekuatan itu semakin kuat. Ketiga, karena negara-negara ini letaknya sangat baik, yang satu terpisah dengan yang lainnya dengan suatu jarak yang sedang dan kebanyakannya dengan laut, semua ini akan membantu meneteramkan dunia kita, karena letak negara-negara yang sangat berdekatan satu sama lainnya memang merupakan sebab pula dari timbulnya persengketaan dan peperangan, sebagaimana telah terbukti dalam sejarah.

 

Keempat, manakala kedelapan negara-negara ini mengambil tempat yang menjadi hak mereka di forum internasional sebagai anggota PBB atau badan-badan internasional yang lain-lain, hal ini akan menambah pengaruh, peranan dan kehormatan kita bangsa Dunia Melayu di mata dunia; hal ini akan membawa kita kepada kedudukan diplomatik baru yang amat penting dan akan lebih memudahkan bagi kita untuk mempertahankan kepentingan kita bersama, baik di dalam bagian dunia kita maupun di forum internasional, karena suara yang baru kita peroleh kembali di lapangan politik internasional akan menjadi cairan orang dan keputusan-keputusan kita bersama akan mempunyai nilai yang besar dalam percaturan politik dunia. Hal ini jauh sekali bedanya dari keadaan kita sekarang yang sayang sekali tidak mempunyai lagi kedudukan internasional yang pada suatu masa dahulu diduduki oleh nenek-moyang kita; bahkan sekarang kita bangsa Acheh-Sumatera, Kalimanta, Sulawesi, Maluku, Bali, Sunda dan lain-lain, yang seakan-akan tidak ada lagi di dunia dan tidak termasuk masyarakat manusia lagi! Kedudukan yang menjadi hak kita di majelis-majelis internasional telah diserobot oleh delegasi kaum kolonialis Jawa (yang dikirim kesana dengan uang kita!) yang kerjanya dipertemuan-pertemuan internasional hanya membeo kepada sesuatu negara besar yang mau memberikan hutang dan senjata kepada mereka. Dalam susunan baru ini, kita akan memiliki kembali kedudukan yang menjadi hak kita di dunia dan kita akan mendapat tujuh atau delapan suara baru di PBB dan forum internasional yang lain-lain dimana kita sekarang hanya 'diwakili' oleh kolonialis Indonesia-Jawa yang hanya mempunyai 1 (satu) suara saja dan suara yang satu itu sebenarnya dipergunakan mereka untuk meniadakan dan bukan untuk mempertahankan hak kita. Akhirnya untuk kemakmuran dan perdamaian bagian dunia kita, Konfederasi Asia Tenggara dapat diperluas meliputi Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Filipina, Papua New Guinea, Australia, New Zealand dan Singapura jika negara-negara ini bersedia menyertainya sebagai anggota yang sederajat dan sama-sama berdaulat dengan kita dari Acheh-Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua Barat, Bali, Sunda dan Jawa. Dengan demikian, kedudukan kita bangsa Dunia Melayu ini akan berpindah dari pinggir ke tengah-tengah perkembangan politik dan ekonomi di Asia Tenggara ini. Pandangan tentang KONFEDERASI ASIA TENGGARA yang telah lebih dahulu lahir, jauh sekali bedanya dari ASEAN yang baru diadakan yang se-mata-mata untuk menjaga batas negara kolonialis Indonesia-Jawa yang tidak dapat dipertahankannya sendiri dengan tidak ada bantuan negara-negara lain di Asia Tenggara, walau pun bertopèng kerjasama ekonomi yang sebenarnya tidak berarti sama sekali (perdagangan antara negara-negara ASEAN hanya 13%, dibandingkan dengan perdagangan mereka dengan negara-negara Barat yang lebih dari 85%). ASEAN adalah persekutuan militer tidak resmi dibawah asuhan Amerika Serikat sebagai ganti dari SEATO untuk melindungi Indonesia-Jawa yang sudah menjadi neo-colony (jajahan baru) dari semua negara-negara kapitalis Barat. Tujuannya bukan untuk mempersatukan Asia Tenggara tetapi untuk memecahnya dan menjadikan kubu dari pihak kapitalis Barat dan menjadikannya kubu dari pihak kapitalis barat untuk menentang pengaruh Soviet di Asia Tenggara. Tujuan dari KONFEDERASI ASIA TENGGARA kita adakan ialah untuk berdiri sendiri, bukan untuk diperalat oleh sesuatu pihak luar DUNIA MELAYU.

 

 

KESIMPULAN:

 

PANGGILAN KEHORMATAN

 

Walaupun kita tidak dapat lagi menguasai masa silam kita, tetapi kita masih dapat menguasai masa depan kita. Ahli-ahli sejarah memandang bahwa masa depan itu adalah kelanjutan dan perkembangan dari masa silam, tetapi dalam perkembangan dan kelanjutan ini termasuk juga kemauan, keinginan, maksud dan rencana kita sekarang. Masa depan kita untuk sebagian besarnya bergantung pada apa yang kita lakukan pada masa sekarang. Kita dapat merubah keadaan dan penghidupan bangsa kita yang morat-marit sekarang; kita dapat melemparkan belenggu-belenggu penjajahan Jawa; kita dapat mencapai hak menentukan nasib diri sendiri, jika kita sadar pada kepentingan bangsa kita, jika kita sadar pada kepentingan bangsa kita, jika sadar pada sejarah kita  dan pada adat istiadat kita. Tetapi suatu bangsa yang sudah hilang ingatannya, yang sudah melupakan sejarahnya, yang sudah meninggalkan adat-istiadatnya, yang tidak memahami kepentingan bangsanya sendiri, bangsa semacam ini tidak akan memperoleh hak menentukan nasib diri sendiri lagi, mereka sudah masak untuk dijajah dan diperbudakkan. Bangsa yang semacam ini sudah seperti kapal tidak berkemudi, seperti orang tidak mempunyai ingatan, tidak lagi berjalan menuju satu tujuan yang tertentu dan pasti-pasti, tetapi hanya hanyut dengan tak tentu arah tujuan; bahkan mereka yang hanyut sudah kehilangan kendali atas masa-depannya sebagaimana atas masa silamnya.

 

Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dan hak menetukan nasib diri sendiri, bukanlah suatu perjuangan yang sia-sia. Pertanda sejarah dalam abad yang lalu –abad  ke-19– memang menunjukkan kemenangan bagi kaum kolonialis, karena pada waktu itu Hukum Internasioanl belum dijalankan, PBB belum dilahirkan; tetapi pertanda sejarah dalam abad ke-20 ini menunjukkan kemenangan yang gilang-gemilang bagi setiap gerakan kemerdekaan di segala benua dan kekalahan yang mutlak bagi semua kaum kolonialis dalam usaha mempertahankan jajahan mereka. Saat sejarah untuk menyatakan kemerdekaan Acheh-Sumatra, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Sunda, Papua dan lain-lain sudah tiba di tengah-tengah kita. Kita sekarang sedang berhadap-hadapan muka dengan saat sejarah ini. Kita mesti manfaatkan sa'at ini untuk menyatakan kemerdekaan kita dari kolonialisme Jawa dan mengambil kembali segala hak pusaka milik kita. Marilah kita mempergunakan kesempatan saat sejarah ini untuk membela kehormatan kita dan untuk memelihara masa depan anak keturunan kita dengan memerdekakan Tanah Ibu kita masing-masing dari penindasan kolonialis Jawa. "Kebahagiaan hidup kita bergantung pada kemerdekaan dan kemerdekaan bergantung pada keberanian", kata Pericles, 4000 tahun yang lalu. Apakah kita berani merdeka? Kemerdekaan sudah mengetok di pintu! Marilah kita buka pintu untuk MERDEKA!

 

 

Tengku Hasan M. di Tiro

New York, 3 Januari, 1965

 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update