Notification

×

Iklan

Iklan

Tengku Hasan Tiro Bersama Team Runding Am Dari Acheh

Selasa, 21 Oktober 2025 | Oktober 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-21T13:12:04Z


Seterusnya dalam rapat ”AM Ban Sigom Donja” pada 19 – 21 Juli 2002, yang dihadiri oleh perwakilan dari Acheh, Malaysia, Australia, Belanda, Swedia, Denmark, Amerika dan Norwegia yang berlangsung di Stavanger Norwegia. Pertemuan akbar Acheh Merdeka ini dibuka oleh Tengku Hasan di Tiro. Beliau juga aktif mengikuti jalannya rapat setiap hari selama tiga hari.  Rapat akbar AM ini menghasilkan 14 butir "Deklarasi Stavanger", yang di antaranya ialah: merubah struktur organisasi dari ASNLF kepada PEMERINTAH NEGARA ACHEH (PNA) dan sayap militer AM menjadi Tentara Negara Acheh (TNA), dll. Seiring dengannya, Malik Mahmud disetujui oleh Wali Negara menjadi Perdana Menteri dan dr. Zaini Abdullah menjadi Menteri luar Negeri. Sejak itu, Malik Mahmud dan Zaini Abdullah mulai tampil ke depan mengambil alih dan menentukan sepenuhnya kebijakan perjuangan AM di dalam dan luar negeri. 

 



Pada 15 Juni 2004, rumah kediaman Tengku Hasan di Tiro, tidak terkecuali rumah kediamana Malik Mahmud dan Zaini Abdullah digerebeg oleh pihak Kepolisian dan Kejaksaan Swedia, berhubung dugaan dan  tuduhan melancarkan aktivitas makar politik. Dipercayai dan dipastikan bahwa,  pemerintah Indonesia memberi input kepada pihak kepolisian dan Kejaksaan Sweden bahwasanya Acheh Merdeka termasuk gerakan teroris yang mesti dimasukkan kedalam keranjang gerakan teroris internasional, dimana tindakan mereka disifatkan melanggar hukum internasional. Sehubungan itu, pemerintah Indonesia memohon agar supaya para barisan pemimpin AM ditangkap ditahan dan diadili di Mahkamah Swedia dan atau mendeportasi ke Indonesia. Bagaimanapun, Tengku Hasan di Tiro dibebaskan dari segala tuduhan atas alasan kesehatan, sementara Malik Mahmud dan Zaini Abdullah ditahan dan diadili. Dalam Sidang Mahkamah Huddinge pada 18 Juni 2004, kedua-dua pimpinan AM tersebut ternyata diputus bebas murni tanpa syarat dari segala tuduhan (vrijspraak). Klimaksnya pada tahun 2008, Tengku Hasan di Tiro berserta para kombatan AM Malaysia, dengan menumpang pesawat sewaan dari Malaysia selamat mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda pada 11 Oktober 2008,[1]  yang mendapat pengawalan ketat dari satuan Komando Komite Peralihan Acheh.




Dua tahun kemudian, pada bulan Mei 2010, Tengku Hasan di Tiro menderita sakit serious dan dibawa ke RSUDZA Banda Acheh untuk mendapatkan perawatan intensif. Dalam keadaan tidak sadarkan diri inilah, para staff dekatnya –Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Zakarya Saman, Muzakkir Abdul Hamid– terus berusaha agar proses penukaran status kewarganegaraan Tengku Hasan di Tiro berjalan lancar – setidak-tidaknya– sebelum beliau meninggal dunia. Sementara itu pihak ahli waris mengaku tidak tahu apa-apa dalam hal penukaran kewarganegaraan beliau.[2] Benar, 26 jam sebelum beliau menghembuaskan nafas terakhir, Sertifikat kewarganegaraan Indonesia diserahkan kepada pihak ahli Waris + uang Rp. 15 juta yang diterima oleh Tengku Fauzi di Tiro dan mengaku tidak tahu-menahu dalam urusan penukaran kewarganegaraan Tengku Hasan di Tiro.[3] Pelbagai kisah tragis dialami oleh beliau selama berada di Acheh. Kisah ini dituangkan dalam judul: Hasan Tiro: That’s You, I don’t Musanna, yang begitu miris dan mengharukan. Pemerintah Indonesia mengambil inisiatif untuk memulihkan status WNI Hasan Tiro. Surat itu disampaikan Menkopolhukkam Joko Suyanto kepada perwakilan kerabat dekat  didampingi oleh mantan petinggi AM, Malik Mahmud. Dalam surat itu disebutkan salah satu pertimbangannya, yaitu alasan kemanusiaan. Pertimbangan lainnya adalah nota kesepahaman damai antara Indonesia dan GAM. Di akhir hayat ayahnya, Karim Di Tiro tak sempat mengiringi kepergian Hasan Tiro untuk selamanya. Kala itu banyak orang di Acheh menunggu kepulangannya. Tapi itu tidak pernah terjadi.[4]

 

 

 



[1] Lihat dokumen T. Suasana Keberangkatan dan Ketibaan Tengku Hasan di Tiro dari Kuala Lumpur menuju Acheh.

 

[2] Yusra Habib Abdul Gani, 2018, Hasan Tiro: That’s you, I don’t Musanna, Achehvision.com

 

[3] Ibid., Yusra Habib Abdul Gani, 2018, Hasan Tiro: That’s you, I don’t Musanna.

 

[4] SERAMBINEWS.COM, Liputan Tentang Milad Acheh Merdeka, 4 Desember 2019.

 






 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update