Notification

×

Iklan

Iklan

Perdana Mentri Pemerintahan Negara Acheh Darussalam, di Pengasingan

Ahad, 9 November 2025 | November 09, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-09T06:32:44Z

 

Datu lelaki (nama?) dari sebelah Ayah, berasal dari Kampung Sampo Iniët, Pasé (sekarang: Acheh Utara). Beliau berlatar keluarga Ulèbalang, memiliki banyak harta kekayaan. Di era perang –Perang Pandrah– melawan  kolonial Belanda pada separuh akhir tahun 1800-an, Datu bersama beberapa pasukannya terpaksa menghindar menyelamatkan diri ke pedalaman Gayo, karena perkakas perang tidak mencukupi. Sementara abang kandung Datu saya, juga terlibat dalam perang melawan kolonial Belanda, mengakibatkan salah satu tangannya putus (buntung), akibat terjangan peluru serdadu Belanda. Beliau juga menghindar menyelamatkan diri ke pedalaman Gayo, menetap di Kampung Bintang, di tepi Danau Laut Tawar, Acheh Tengah. Di sana beliau digelari dengan TENGKU BUNTÔNG JAROË, menikah dengan wanita Gayo. Hingga sekarang zuriatnya masih berada di Kampung Bintang. Alhamdulillah hubungan silaturrahmi di antara kami, sanak saudara terjalin akrab hingga sekarang. Sementara itu, Datu lelaki saya (nama?), selama menetap di Kampung Kenawat, telah melucuti gelar Ulèëbalang (Ampôn/Teuku), dengan maksud supaya tidak bocor kepada pihak inteligen Belanda dan kalangan masyarakat Gayo, yang kurang menyenangi gelar Teuku dari Acheh Pesisir. Bagaimanapun, gaya hidup sebagai stereotype Ulèëbalang tetap melekat. Buktinya, di Kenawat, beliau memiliki harta kekayaan dalam bentuk lahan tanah perkebunan dan sawah yang luas, terletak di beberapa lokasi, seperti Perkebunan Pisang dan Sawah misalnya di Pintu Rime; … Perkebunan Pisang dan Kopi di Bur Kucak dan Sawah di kawasan Ume Lah; … Kebun Serule di Geldog dan Jurung; … lahan tanah di Bukit (berdekatan Kampung Kenawat) dan bangunan rumah. Beliau menikah dengan Empun Dari (seorang wanita Gayo asal Kampung Kenawat). Pasangan ini mempunyai dua anak lelaki: 1. Ra´di (bin?) 2. Ahmad (bin?). Ahmad menikah dengan seorang janda dari Kampung Kebayakan mempunyai dua anak lelaki –Muse  dan Aman Siti Ralik– Oleh sebab Datu saya tidak mempunyai anak perempuan, maka mengadopsi seorang anak perempuan dari keluarga lain, menikahkan dengan seorang pemuda berasal dari Asir-Asir (Aman/Inen Ducak); mendapat harta pusaka dari Datu saya berupa lahan sawah yang luas, berbatasan dengan sawah kami. Selain itu, mengislamkan seorang keturunan China, sakaligus menjadi anak angkat, mendapat harta pusaka (lahan sawah) yang luas.


 


Ra´di (Kakek Saya) lahir, menetap sampai meninggal dunia di Kampung Kenawat. Pernah menjabat sebagai Imum Kerajaan Bukit di bawah pimpinnan Reja Ma´un dan Zainuddin. Pakar membuat jaring Ikan dan memiliki sawah dan perbunan yang luas.

 

Jeriyah bt. Sultan (Nenek dari sebelah Ayah) adalah anak perempuan bungsu dari Sultan (Panglima Cék Penosan). Beliau mati syahid dalam perang melawan kolonial Belanda (pasukan Mareuchaussee) di Kampung Penosan, Blang Kejren 1904.

Sultan mempunyai tiga anak:

1. Mahmud bin Sultan (Panglima Muda Penosan), mati syahid dalam medan perang di Penosan, 1920-an. Ditembak mati sedang mengerjakan shalat Isya dalam Masjid Penosan.

2. Merah Pupuk bin Sultan. Dalam usia di bawah umur (15-16 tahun), diculik oleh pasukan Mareuchaussee di Kampung Penosan tahun 1904, hingga kini tidak diketahui rimbanya. Hanya Allah Yang Maha Tahu.

3. Juriyah bt. Sultan, yang saat ditembak serdadu Belanda, berusia 13 tahun. Beliau cacat tangan kiri seumur hidup.

 

Ra´di dan Jeriyah bt. Sultan menikah di awal tahun 1900-an dengan Jeriah bt. Sultan, berasal dari Kampung Penosan, Blang Kejren, yang tangan kirinya cacat seumur hidup, akibat terjangan peluru pasukan Mareuchausse. Selonsong peluru masih tertanam di lengan kirinya, hingga dibawa mati. Pasangan ini dikaruniai anak:

1. Jaimah (Beru) bt Ra´di (Inen Sakdiyah)

2. Burak bin Ra´di (Aman Aisyah)

3. Ibi Bur (Inen Semédah)

4. Ibi Paloh (Inen Sirajuddin)

5. Ali Hasyim bin Ra´di. Profesi Polisi, pangkat terakhir Letkol di Komdak Metro Jaya, Jakarta.

6. Abdul Gani bin Ra´di (Ayahanda) adalah, Kepala Kampung Kenawat selama 27 tahun lamanya (1963-1990).



Khatijah (bt?) (orang Gayo, asal Kampung Kenawat) adalah Nenek dari sebelah Ibu saya, menikah dengan Habib Putéh, seorang pedagang tembakau dan sekaligus seorang Ulama dan Habaib berasal dari Kampung Kabu, Jeuram Meulaboh. Kuburannya hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat dan sekitarnya. Pasangan ini dikaruniai seorang anak perempuan bernama Tjut Wan Juriyah bt. Habib Putéh. Dipanggil juga dengan (Tjut Hamidah). Panggilan akrabnya Tjut Wan. Pasangan ini bercerai. Kemudian Nènèk saya menikah dengan Bakri (suamai kdua) yang dikaruniai seorang anak lelaki, bernama Nurdin Bakri.

 

Abdul Gani menikah dengan Tjut Wan Juriyah bt. Habib Putéh (Hamidah). Pasangan ini dikaruniai anak:

1. Firdaus Habib bin Abdul Gani (meninggal dunia dalam usia setahun)

2. Dailami Habib bin Abdul Gani (meninggal dunia dalam usia setahun)

3. Yusra Habib bin Abdul Gani

4. Ali Balwi Habib Abdul Gani (meninggal meninggal dunia dalam usia setahun)

5. Rahmatsyah Habib Abdul Gani (meninggal dunia dalam medan perang Acheh, 1999 di Acheh Tengah. Hingga sekarang mayatnya tidak ditemukan)

6. Sarifah bt. Abdul Gani

7. Mardiyah bt. Abdul Gani

8. Khadijah bt. Abdul Gani

9. Iftah Habib Abdul Gani (meninggal dunia dalam medan perang Acheh, 2001 di Acheh Tengah. Mayatnya baru ditemukan pada tahun 2006 di kawasan Kelupak Mata, Acheh Tengah)

10.Makmur Habib Abdul Gani

 

TAHAP SELANJUTNYA:

Dr. H. Yusra Habib Abdul Ghani S.H. Lahir di Kampung Kenawat, Takengon (Acheh Tengah), 12 April, 1954.

 

PENDIDIKAN

-         MIN + Sekolah Dasar Kenawat (1961-1966).

-         Tsanawiyah Bom Takengon (1967-1970).

-         STM Pertanian Takengon (1971-1973).

-         PGSLP, jurusan Seni Rupa, Jakarta, 1975.

-         Mahasiswa Fakultas Hukum UMJ (1977-1983)

-         Memperoleh beasiswa mengikuti Kursus Asisten Advokat (1979-19980).

-         Meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UM-Jakarta,1983. Lulus ujian negara pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1984.

-         Meraih gelar Doktor Falsafah dari Universitas Kebangsaan Malaysia, 23 Agustus 2016.

 

 

PEKERJAAN SELAMA DI JAKARTA

 

-         Guru SMP Negeri 69 Jakarta, 1976-1990.

-         Staff pengajar (Asisten Bismar Siregar, SH) dalam studi Hukum Pidana pada Fak. Hukum UMJ, 1984-1990.

-         Sekretaris Jurusan Hukum Pidana FH-UMJ, 1986-1990.

-         Manggala BP-7, 1985-1990.

-         Salah seorang anggota team pembahas materi Undang-undang Perlindungan Anak dan perbaikan materi Buku ke-II KUHPidana di BPHN tahun 1985- 1986.

-         Pengacara pada Kantor Pengacara ´Mukhtar Luthfi, SH Dkk. tahun 1985- 1990.

 

 

AKTIVITAS NON AKADEMIK DAN AKADEMIK

 

-         Menjadi Anggota Kehormatan dalam Perhimpunan Mahasiswa Hukum Minangkabau, 1982.

-         Sekjen Lembaga Penyuluhan Hukum Mahasiswa Indonesia (LPHMI), 1983- 1984.

-         Ketua 1 Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia, 1981-1982.

-         Anggota Korp Muballigh Jakarta, 1985-1987.

-         Ketua 1 Majlis Pemuda dan Mahasiswa Acheh (MPMA), Jakarta.

-         Pemimpin Redaksi Majalah “SUARA MASYARAKAT ACHEH” (1985-1986), Jakarta.

-         Pemimpin redaksi Bulletin Hukum, Fakultas Hukum UMJ (1986-1990).

-         Ketua „Pemuda Pengkaji dan Pemahaman Islam“ Jakarta, 1985-1986.

-         Pemimpin Redaksi Bulletin „HARIE“, Jakarta (1987-1988), dikelola oleh Ikatan Pemuda Gayo Jakarta.


TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update